Bikin Produk Baru Ada Sains-nya? Memang Penting?

Bikin Produk Baru Ada Sains-nya? Memang Penting?

Beragam studi menunjukkan sebagian besar produk baru gagal di pasar, dengan tingkat kegagalan antara 25% menurut Cooper (2001) hingga 95% menurut Fuchs dan Golenhofen (2019), angka yang menggambarkan betapa rapuhnya proses inovasi tanpa riset dan validasi yang tepat.


Fenomena ini bukan cuma terjadi di luar negeri. Di Indonesia, kisaran 2016, kita mengenal Indomie Goreng Kuah -ini pun kalau Anda ingat-, varian eksperimental dari Indomie yang mencoba menghadirkan sensasi mie goreng dalam bentuk berkuah. Produk ini justru membingungkan konsumen karena mematahkan ekspektasi dasar kategori: mie goreng harus tanpa kuah. Akibatnya, varian ini cepat ditarik dari pasar karena dianggap tidak cocok dengan selera konsumen dan tidak melewati proses riset pasar yang memadai (mojok.co; stories.briefer.id).


indomie-goreng-rasa-kuah.jpeg


Kasus ini memperlihatkan bahkan merek kuat pun bisa gagal jika pengembangan produknya tidak disandarkan pada scientific process yang memahami perilaku konsumen dan konteks pasar secara menyeluruh.




Kenapa Harus Ada NPD: Antara Ide dan Realita Pasar


Kegagalan seperti itu menunjukkan membuat produk baru bukan soal kreativitas semata, tetapi tentang memahami sains di balik perilaku konsumen dan dinamika pasar. Ini alasan mengapa proses New Product Development (NPD) menjadi sangat penting. NPD berfungsi sebagai jembatan antara kebutuhan konsumen dan peluang bisnis, memastikan ide yang dikembangkan tidak hanya menarik di ruang rapat, tetapi juga relevan dan layak di dunia nyata.


Dalam studi Cooper (2013) Winning at New Products, disebutkan perusahaan dengan proses NPD terstruktur mampu meningkatkan keberhasilan produk hingga tiga kali lipat dibanding perusahaan yang tidak memilikinya. Tanpa mekanisme seperti riset awal, validasi konsep, dan pengujian pasar, brand sering kali meluncurkan produk berdasarkan intuisi, bukan data, yang akhirnya berujung pada pemborosan biaya produksi, promosi, dan reputasi.




Bagaimana Menggunakan NPD?


Setiap ide produk baru seharusnya melewati proses yang sistematis, mulai dari pencarian ide hingga peluncuran dan evaluasi. Dalam praktik, NPD bekerja layaknya blueprint yang membantu perusahaan menyeimbangkan kreativitas dengan data. Proxima, misalnya, merumuskan framework 5i-Xcelerator, yang menggambarkan perjalanan kolaboratif antara ide dan realisasi pasar:


  1. Ignite – tahap pencarian ide dari berbagai sumber: tren pasar, keluhan konsumen, analisis kompetitor, hingga peluang teknologi baru.

  2. Immerse – tahap penyaringan ide menggunakan scoring matrix berdasarkan potensi pasar, diferensiasi, dan kelayakan produksi.

  3. Ideate – tahap pengembangan konsep yang menguji apakah ide tersebut benar-benar memiliki fit terhadap target segmen dan positioning merek.

  4. Investigate – tahap validasi bisnis dan uji pasar terbatas (test-market) untuk memastikan profitabilitas dan kesiapan rantai distribusi.

  5. Implement – tahap peluncuran penuh serta monitoring berkelanjutan: dari awareness, trial, hingga feedback konsumen di dunia nyata


download.png


Pendekatan seperti ini bukan hanya membantu memilih ide terbaik, tetapi juga menciptakan mekanisme pembelajaran organisasi. Perusahaan yang konsisten menerapkan NPD akan lebih adaptif terhadap perubahan tren dan lebih siap melakukan iterasi tanpa kehilangan arah strategis.




Apa Itu NPD?

New Product Development (NPD) bukan cuma istilah korporat untuk “mengeluarkan produk baru”. NPD adalah disiplin ilmiah yang menggabungkan riset konsumen, strategi bisnis, dan prinsip desain produk agar ide yang diciptakan benar-benar memiliki market fit dan business fit. Dalam konteks ilmiah, NPD menuntut validasi di setiap tahap, mulai dari identifikasi peluang, eksplorasi kebutuhan pelanggan, uji kelayakan teknologi, hingga simulasi ekonomi dan distribusi.


Cooper dan Edgett (2006) menjelaskan bahwa NPD merupakan proses cross-functional yang mengharuskan keterlibatan lintas departemen (mulai dari R&D, marketing, hingga finance) karena setiap keputusan produk adalah hasil dari interaksi data, intuisi, dan eksperimen pasar. Schwarz et. al (2025) bahkan menekankan keberhasilan inovasi tidak datang dari keberanian mencoba, tetapi dari validasi berkelanjutan selama proses pengembangan produk berlangsung.


Dengan kata lain, NPD adalah bentuk evidence-based innovation—inovasi yang berbasis bukti, bukan sekadar keyakinan. Setiap langkahnya dapat ditelusuri, diukur, dan diperbaiki. Itulah mengapa brand besar yang sukses meluncurkan produk berulang kali biasanya bukan yang paling kreatif, melainkan yang paling disiplin dalam menerapkan proses NPD-nya.




Siap Bikin Produk yang Bukan Sekadar Ide?


Kegagalan produk bukanlah akhir, tapi sinyal bahwa prosesnya perlu diperbaiki. Jika 95% produk gagal karena kurangnya validasi dan riset yang tepat, maka sains di balik NPD adalah kuncinya untuk mengubah peluang menjadi hasil nyata. Di Proxima, kami percaya setiap ide punya potensi, asal diuji dengan cara yang benar.


Kami membuka layanan konsultasi gratis untuk membantu brand dan tim inovasi seperti Anda merancang roadmap NPD yang lebih efektif: mulai dari audit portofolio ide, desain riset konsep, hingga uji pasar dan analisis penerimaan konsumen. Kulik lebih jauh framework NPD kami dengan mengunduh dokumen panduan di bawah ini, atau hubungi kami langsung untuk berdiskusi mengenai ide produk atau layanan Anda.


Unduh NPD Deck


Mari ubah ide hebat jadi strategi yang berdampak, karena inovasi tanpa arah bukanlah kemajuan, melainkan peluang yang terbuang.


Email: marketing@proximaresearch.co.id

Contact: +6282299988600

Editor: Hendy Adhitya