Tahun 2026 akan jadi babak baru Piala Dunia—jumlah peserta naik dari 32 ke 48 tim. Bagi penggemar bola, ini euforia. Tapi bagi pelaku brand, media, dan riset, ini sinyal alarm: panggung makin besar, tapi hanya yang memahami audiens yang akan benar-benar menang.
Oleh Andika Rizaldy
Lebih Banyak Negara, Lebih Banyak Duit Salah satu efek domino dari perluasan peserta ini adalah munculnya negara-negara baru yang sebelumnya belum pernah mencicipi atmosfer Piala Dunia. Negara debutan ini tidak hanya membawa semangat baru di lapangan, tapi juga memicu euforia di negaranya masing-masing: media ramai meliput, suporter lokal jadi lebih aktif, dan konsumsi konten olahraga meningkat drastis. Dan ketika minat publik meningkat, perilaku konsumen pun ikut berubah. Orang-orang jadi lebih sering mengakses highlight, membaca analisis pertandingan, membeli merchandise, bahkan berlangganan platform streaming hanya untuk bisa mengikuti perkembangan tim nasional mereka. Ini bukan spekulasi. Kita bisa melihatnya dari tren yang terjadi di negara seperti Islandia saat mereka tampil di Piala Dunia 2018 untuk pertama kalinya. Pada debutnya, 99,6% pemirsa TV Islandia menyaksikan laga melawan Argentina! Rata-rata 201.000 warga menonton setiap pertandingan, menjadikannya ajang olahraga dengan penonton terbanyak dalam sejarah Islandia (qz.com; si.com). Maskapai nasional Icelandair pun turut ambil bagian sebagai sponsor utama timnas. (icelandair.com)
Suporter Indonesia: Kolam dengan Banyak Ikan Sekarang bayangkan, bagaimana jika Indonesia yang mendapat kesempatan itu? Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan tingkat fanatisme suporter yang sangat tinggi, peluang untuk menciptakan dampak ekonomi dan sosial dari keikutsertaan di Piala Dunia sangat besar. Sebagai salah satu negara dengan populasi terbanyak di dunia dan kita juga merupakan 3 besar negara dengan fans bola paling fanatik, setelah Inggris dan Argentina. Bahkan Nielsen Sport mengatakan bahwa 77 persen penduduk Indonesia memiliki ketertarikan pada sepak bola. Jumlah tersebut tentunya akan bertambah apabila Indonesia sedang berlaga dalam sebuah kompetisi, dimana seseorang yang tidak menyukai sepak bola pun akan tetap memberikan gairah dalam meramaikan atmosfer sepak bola tanah air. Buktinya bisa kita lihat dari jumlah penonton Timnas Indonesia di ‘hanya sekelas’ babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Laga Indonesia vs Australia 10 September 2024 lalu malah mencetak rekor sebagai pertandingan dengan jumlah penonton terbanyak di stadion Asia: 70 ribu orang. Angka ini mengungguli laga Iran vs Oman (63.720 penonton) dan Korea Selatan vs Palestina (59.579 penonton) (sports.sindonews.com). Fenomena serupa juga terjadi di level kelompok umur. Dalam turnamen Piala Asia U-17, Garuda Muda sukses menarik perhatian publik. Bahkan saat kalah melawan Korea Utara U-17, memang tidak ditemukan data pasti jumlah viewership. Namun, berdasarkan data Google Trends per 15 April, pencarian terkait laga Indonesia U-17 vs Korea Utara U-17 mencapai lebih dari 500.000 pencarian—tertinggi di hari itu.
Kueri ‘Skor Indonesia vs Korea Utara U17’ terpopuler pada 15 April 2025
Bayangkan jika Indonesia berhasil lolos ke Piala Dunia 2026, maka efeknya bisa dirasakan di berbagai sektor seperti:
Brand Anda harus ikutan cetak gol! Intinya, Piala Dunia 2026 bukan hanya soal pertandingan yang lebih banyak. Ini tentang peluang untuk menjangkau pasar baru, membangun loyalitas konsumen, dan menciptakan koneksi yang lebih otentik dengan audiens. Bayangkan jika timnas Indonesia benar-benar lolos—atau jika skenario itu belum terjadi, momen ini tetap terlalu berharga untuk dilewatkan. Karena euforia Piala Dunia bakal mengguncang dunia, termasuk pasar Indonesia. Pertanyaannya, apakah brand Anda siap tampil saat spotlight datang? Masih ada waktu untuk bersiap sebelum Juni 2026. Dan di sinilah Proxima bisa menjadi mitra Anda—membantu memahami perilaku konsumen, yaitu fans sepak bola Indonesia, memetakan peluang engagement, hingga merancang strategi berbasis data agar brand Anda tak hanya ikut meramaikan, tapi benar-benar tampil menonjol. Intinya, riset pasar adalah fondasi. Ayo ngobrol. Kita bantu siapkan brand Anda agar tak sekadar ikut menonton, tapi ikutan cetak gol.
Editor: Hendy Adhitya